Selasa, 17 Maret 2009

Aceh(26-12-2004)

Bungong jempa........bingong gempa
bergulung air setinggi-tinggi..
berkuah lumpur lalu terkubur
Ya Robbi....
ratap aku dari jauh
nanar memandang beruta di tv
andai jerit ini lukamu aceh
aku..
semakin keras degup jantung
air menyurut tersisalah daratan yang lintang pukang
mayat-mayat macam ayam diserang "awe"
tiada terasa mengalir air dari sudut mata
Ya Robb....
tunduk aku akan kuasamu,
innalillah wainnailaihi roji'un

pesan sang ayah (2002)

"kita di timpa balak"kata ayahku
"bertobatlah!"kalau teringin
berpesan ia pelan-pelan
"tak kau lihatkah lampu pln kite tak nyale-nyale?"
"minyak tanah dah tak ade,kedoi laot terbakar,duit mulai payah"tutur ayahku bergetar
Kali ini dia ingin aku sampaikan
kalaupun bukan aku,siapa sajalah!
sampaikan,bahwa memang balak itu sudah datang
bukan lagi sembul-sembul depan lawang
atau hanya sekedar titip salam
dia sudah datang jadi tamu kita
ayahku tefekur sekejap,lalu kembali bergumam
"kampung ini sudah menjadi tempat maksiat"
"bukan baru akan jadi"pelan dia tidak terlalu jelas
takut kedengaran,lalu dimaki dihamun orang
aku makin mendekat, sambil liat kiri kanan
takut ade yang curi-curi dengar,lalu disampaikan ke semua orang
lumatlah kami di pukul preman,
entah jadi tapai entah jadi belacan
ayahku menatapku dalam-dalam tapi dia terdiam
aku menunggu apa lagi yang ingin dituturkan
tapi dia masih diam
aku tqak percaya dia tak mau berbual lagi
diam ayahku entah mulai ragukan aku
takut aku kalau dia tak percaya lagi padaku
"mengapa ayah diam dengan diam-diam?"
"bicaralah,berbuallah,bertuturlah"
"kumohon jangan lah ayah diam"